Jakarta IDN Times - Sebuah hadis berisi salah satu sabda Rasulullah berbunyi, "manusia adalah tempatnya salah dan lupa". Hadis tersebut tentu benar adanya. Sebab, manusia seringkali mengalami kelupaan akan suatu hal, bahkan Rasulullah pun sesungguhnya pernah lupa. Namun demikian, terus menerus lupa tentunya akan merugikan kita dan orang
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Pepatah mengatakan manusia tempatnya salah dan lupa. Pepatah yang sering digunakan oleh seseorang untuk berkilah saat melakukan kesalahan ataupun lupa dengan sesuatu seseorang yang lupa berharap permakluman atas kealpaannya. Di sisi lain orang lain yang merasa dirugikan dengan lupa sering berseloroh dengan mengatakan, tiada maaf bagimu. Padahal jika dirunut, hal itu tidak sesuai ajaran Rasulullah. Namanya sesama manusia harus saling memaafkan. Allah saja pengampun. Apalagi kita sebagai masalah lupa, jadi ingat dengan kejadian masa kecil. Di mana saat puasa sering lupa makan atau minum. Pada saat pulang sekolah tiba-tiba minum. Waktu main tanpa sengaja beli jajan dan memakannya bersama-sama teman. Saat itu entah lupa atau disengaja nggak tau ya. Namun ada intinya kesalahan dan lupa anak-anak di maafkan. Kejadian semacam itu tidak hanya terjadi pada anak-anak. Orang dewasa pun pernah mengalami. Diceritakan seorang ibu sedang mengobrol dengan saya. Waktu itu saya mengepak makanan kecil untuk saya jual. Ibu dan saya bicara satu dua hal sangat asyik. Hingga sampai pada komentar tentang makanan di depan kami. Tanpa sengaja ibu itu makan satu, dua, lalu berkomentar tentang setelah beberapa saat dia pukul saya sekuat-kuatnya sambil menangis dan tertawa."Aku puasa, kenapa aku makan?" Rutuknya. Saya sejurus kemudian baru menyadari, ternyata dia puasa dan lupa, sampai makan makanan sampai terpingkal-pingkal mengingat hal tersebut. Hingga menyeka air mata. Kejadian yang sangat lucu karena dialami oleh orang dewasa. Tapi sekali lagi manusia adalah tempat salah dan lupa. Jadi lupa tersebut dimaafkan. Puasa bisa dilanjutkan. Bagaimana? Banyak pengalaman sebenarnya namun tak mungkin saya ceritakan. Kalau pengalamanmu selama Ramadhan bagaimana?-Ummi Azzura Wijana- Lihat Kurma Selengkapnya
Lupa(forgetting) ialah hilangnya kemampuan untuk menyebut atau memproduksi kembali apa-apa yang sebelumnya telah kita pelajari. Secara sederhana, Gulo (1982) dan Rabber (1988) mendefinisikan lupa sebagai ketidakmampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah dipelajari. Dengan demikian, lupa bukanlah peristiwa hilangnya item informasi dari
JAKARTA – Sifat pelupa tidak lepas dari fitrah kemanusiaan. Rasulullah SAW bersabda, “Manusia adalah tempatnya salah dan lupa” HR Muslim.Namun, bagaimana perspektif ilmiah menjelaskan lepasnya ingatan seseorang? Menurut pakar neurosains Prof Taruna Ikrar, lupa berkaitan dengan proses kerja dan memori di kondisi normal, lanjut dia, lupa dapat menjadi mekanisme pertahanan diri dari berbagai aspek penyebab tekanan psikologis. Maka dari itu, fenomena lupa toh ada tetapi, di sisi lain, sifat pelupa mengindikasikan ciri-ciri penyakit tertentu, semisal Alzaheimer. Orang-orang tua juga tidak luput dari kecenderungan pikun. “Peristiwa luar biasa yang menggetarkan hati kita tentu akan tetap diingat, tetapi kejadian yang biasa-biasa saja sangat mudah dilupakan,” kata ilmuwan kelahiran Makassar, Sulawesi Selatan, itu membuka pembicaraan, Ahad 16/9.Lawan daripada lupa adalah ingat. Secara neurosains, kata Taruna, ingatan adalah proses kerja otak yang disertai penyimpanan memori di dalam sistem sinapsis antara ingat berkaitan langsung dengan proses belajar karena memungkinkan seseorang untuk menyimpan dan mengambil informasi yang telah dipelajari. “Dengan demikian, daya ingat atau memori tergantung pada proses belajar. Demikian pula belajar juga tergantung pada memori,” kajian neurosains, ada tiga jenis memori yang bekerja di dalam otak manusia. Pertama, memori sensorik yang menerima informasi melalui serapan pancaindera. Prosesnya berlangsung dalam waktu yang sangat memori jangka pendek yang berfungsi mencatat segala peristiwa yang dialami seseorang, tetapi sifatnya sementara. Misalnya, kita dapat mengingat paras wajah kenalan atau deretan nomor telepon yang kita ketik di ponsel. Namun, segenap informasi itu akan lekas hilang kecuali bila kita secara sadar berupaya untuk mempertahankannya.“Memori jangka pendek memiliki kapasitas penyimpanan hanya sekitar tujuh item dan berlangsung hanya beberapa puluh detik,” ungkap dekan California School of Biomedical Sciences CSBS, Amerika Serikat, memori jangka panjang yang bertugas menyimpan semua peristiwa penting yang pernah dialami seseorang. Sifat permanen itu terjadi karena memori tipe ini mempertahankan makna kata-kata dan/atau keterampilan fisik yang telah dipelajari. Jangka waktunya dapat berlangsung dalam hitungan hari, bulan, tahun, atau bahkan seumur jangka panjang dibagi lagi menjadi dua, yakni eksplisit dan implisit. Memori eksplisit berfungsi merekam segala ingatan yang dapat diungkapkan kata-kata. Misalnya, kapan seseorang berulang tahun atau pengalaman yang ingin disampaikan kepada seorang memori implisit diungkapkan dengan cara yang tidak memerlukan kata-kata. Umpamanya, seseorang yang mengendarai sepeda atau mengencangkan tali sepatu. Dia tidak perlu mengungkapkan “hapalan” dengan kata-kata, melainkan keterampilan motorik yang ditunjukkannya langsung melalui yang berusia 49 tahun ini juga menerangkan kiat-kiat meningkatkan daya ingat. Pertama, seseorang hendaknya sering mengulang hal-hal yang menurutnya penting. Dengan begitu, sensasi sistem saraf senantiasa diperkuat pada pusat memori di otak.“Kedua, mengorganisasi dengan baik proses belajar, sehingga secara sistematis ingatan terstruktur dengan baik. Ini pada akhirnya memudahkan ingatan. Ketiga, mengonsumsi makanan yang sehat, yakni mengandung protein-protein yang dibutuhkan untuk proses kerja dan regenerasi sistem saraf,” jelas wakil ketua PB Ikatan Dokter Indonesia ini 2000-2003. BACA JUGA Update Berita-Berita Politik Perspektif Klik di Sini Inilahhakikat dari manusia, tempat salah dan dosa, mahal al-khotho' wa nisyan. Sebuah Harapan di Awal Tahun Hijriyah Pemahaman ini bukan berarti kita membiarkan dosa dan kesalahan ada pada diri manusia, tidak pula memberikan toleransi kepada diri ini untuk dimengerti. Sekadar berbagi cerita tentang hakikat manusia.
JAKARTA – Sifat pelupa tidak lepas dari fitrah kemanusiaan. Rasulullah SAW bersabda, “Manusia adalah tempatnya salah dan lupa” HR Muslim.Namun, bagaimana perspektif ilmiah menjelaskan lepasnya ingatan seseorang? Menurut pakar neurosains Prof Taruna Ikrar, lupa berkaitan dengan proses kerja dan memori di kondisi normal, lanjut dia, lupa dapat menjadi mekanisme pertahanan diri dari berbagai aspek penyebab tekanan psikologis. Maka dari itu, fenomena lupa toh ada tetapi, di sisi lain, sifat pelupa mengindikasikan ciri-ciri penyakit tertentu, semisal Alzaheimer. Orang-orang tua juga tidak luput dari kecenderungan pikun. “Peristiwa luar biasa yang menggetarkan hati kita tentu akan tetap diingat, tetapi kejadian yang biasa-biasa saja sangat mudah dilupakan,” kata ilmuwan kelahiran Makassar, Sulawesi Selatan, itu membuka pembicaraan, Ahad 16/9.Lawan daripada lupa adalah ingat. Secara neurosains, kata Taruna, ingatan adalah proses kerja otak yang disertai penyimpanan memori di dalam sistem sinapsis antara ingat berkaitan langsung dengan proses belajar karena memungkinkan seseorang untuk menyimpan dan mengambil informasi yang telah dipelajari. “Dengan demikian, daya ingat atau memori tergantung pada proses belajar. Demikian pula belajar juga tergantung pada memori,” kajian neurosains, ada tiga jenis memori yang bekerja di dalam otak manusia. Pertama, memori sensorik yang menerima informasi melalui serapan pancaindera. Prosesnya berlangsung dalam waktu yang sangat memori jangka pendek yang berfungsi mencatat segala peristiwa yang dialami seseorang, tetapi sifatnya sementara. Misalnya, kita dapat mengingat paras wajah kenalan atau deretan nomor telepon yang kita ketik di ponsel. Namun, segenap informasi itu akan lekas hilang kecuali bila kita secara sadar berupaya untuk mempertahankannya.“Memori jangka pendek memiliki kapasitas penyimpanan hanya sekitar tujuh item dan berlangsung hanya beberapa puluh detik,” ungkap dekan California School of Biomedical Sciences CSBS, Amerika Serikat, memori jangka panjang yang bertugas menyimpan semua peristiwa penting yang pernah dialami seseorang. Sifat permanen itu terjadi karena memori tipe ini mempertahankan makna kata-kata dan/atau keterampilan fisik yang telah dipelajari. Jangka waktunya dapat berlangsung dalam hitungan hari, bulan, tahun, atau bahkan seumur jangka panjang dibagi lagi menjadi dua, yakni eksplisit dan implisit. Memori eksplisit berfungsi merekam segala ingatan yang dapat diungkapkan kata-kata. Misalnya, kapan seseorang berulang tahun atau pengalaman yang ingin disampaikan kepada seorang memori implisit diungkapkan dengan cara yang tidak memerlukan kata-kata. Umpamanya, seseorang yang mengendarai sepeda atau mengencangkan tali sepatu. Dia tidak perlu mengungkapkan “hapalan” dengan kata-kata, melainkan keterampilan motorik yang ditunjukkannya langsung melalui yang berusia 49 tahun ini juga menerangkan kiat-kiat meningkatkan daya ingat. Pertama, seseorang hendaknya sering mengulang hal-hal yang menurutnya penting. Dengan begitu, sensasi sistem saraf senantiasa diperkuat pada pusat memori di otak.“Kedua, mengorganisasi dengan baik proses belajar, sehingga secara sistematis ingatan terstruktur dengan baik. Ini pada akhirnya memudahkan ingatan. Ketiga, mengonsumsi makanan yang sehat, yakni mengandung protein-protein yang dibutuhkan untuk proses kerja dan regenerasi sistem saraf,” jelas wakil ketua PB Ikatan Dokter Indonesia ini 2000-2003.

Seringkali kita mendengar kalimat seperti itu baik di sosial media atau di kajian-kajian agama. Lalu apakah benar jika manusia itu memang tempatnya salah? mari kita bahas Namun terlebih dahulu kita harus mereview kembali kisah Nabi Adam as dan Siti Hawa dari pertama kali mereka diciptakan oleh Allah SWT sampai mereka diturunkan ke bumi []

403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID SRjkFh_7iYb2kVjpGvZg5vVzw1Bx7nZbbVuifYxXylr8Emc4GKhVTg== Manusiaadalah tempat salah dan lupa. Maka kesalahan paling fatal dari seorang anak manusia adalah: merasa paling benar. Tidak ada kesalahan sefatal kesalahan itu. Hari ini saatnya menghilangkannya
syi'ah berpandangan bahwa dalam kitab mereka tidak terdapat kesalahan para nabi termasuk Nabi Muhammad alasannya karena para Nabi sudah dijamin kema'sumannya jika kita melihat sekilas boleh jadi kita bisa meng iyakan. Namun jika kita meneliti dan mengkaji Al- qur'an di sana banyak terdapat ayat yang menjelaskan tentang kesalahan para nabi yang kemudian Allah mengabadikannya dalam Al-qur'an. Seperti dalam surah abasa yang menerangkan kesalahan nabi yang Allah abadikan guna memberikan pelajaran kepada manusia agar kita mengetahui bahwasanya para nabi juga pernah melakukan kesalahan dan membuktikan secara real bahwa Nabi juga manusia biasa akan tetapi Allah kemudian Langsung menegurnya. maka dari itulah para Nabi kemudian di sebut Ma'sum karena allah langsung Menegurnya. Jadi begitu sobat, bukannya Nabi tidak pernah berbuat salah tapi Allah Lah yang langsung meluruskan apabila terdapat hal-hal yang menyimpang dari jalannya. jadi pada intinya Manusia itu tidak pernah terlepas dari salah dan dosa sebagaimana yang telah dijelaskan dalam sebuah hadits yang berbunyi "Manusia itu tempatnya salah dan lupa". Namun bukan berarti kita memaklumi sifat dasar diri kita tapi bagaimana kita berusaha untuk tidak terjerumus dalam sifat manusia tersebut. Semoga bermanfaat ~
Berikutjawaban yang paling benar dari pertanyaan: Manusia tidaklah sempurna, tempatnya salah dan lupa. Oleh karenanya sebagai ciptaan Tuhan yang selalu ingat akan hidupnya (roh) yang harus kembali ke asal penciptaan berkewajiban "manembah" untuk? Memohon berkat dan kesejahteraan; Memanjatkan syukur dan terimakasihnya DalamAl-Qur'an yang Allah SWT turunkan sebagai petunjuk dan pedoman bagi umat manusia. Secara gamblang telah jelas tabiat manusia sebagai berikut: 1. Memiliki bentuk penciptaan yang sempurna. Sebagaimana firman Allah SWT, "Sesungguhnya, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya," (QS At-Tin: 4). 2. Manusiamemiliki kodrat sebagai tempatnya salah dan lupa, tidak ada manusia yang sempurna yang tidak pernah berbuat salah. Orang yang memiliki dendam tidak memahami dan tidak menerima kodrat tersebut bahwa manusia bisa saja berbuat salah atau khilaf karena sesuatu hal. Jika Allah selalu membuka lebar pintu ampunan untuk hambaNya, maka manusia RgD61h.
  • 3h5423h2ll.pages.dev/337
  • 3h5423h2ll.pages.dev/389
  • 3h5423h2ll.pages.dev/337
  • 3h5423h2ll.pages.dev/367
  • 3h5423h2ll.pages.dev/368
  • 3h5423h2ll.pages.dev/415
  • 3h5423h2ll.pages.dev/36
  • 3h5423h2ll.pages.dev/195
  • manusia tempatnya salah dan lupa